oleh Mona Febrianta
PENYESUAIAN
DIRI PADA AUD
Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan
dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai dengan kondisi lingkingannya atau proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan
lingkungannya. Penyesuian diri merupakan cara tertentu yang dilakukan individu
untuk bereaksi terhadap tuntutan diri maupun tuntutan lingkungan. Penyesuaian
diri adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan
individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan,
frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hbungan yang harmonis
antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia
hidup.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk
menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak onjektif sesuai dengan
kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan
penyesuaian pribadi ditandai oleh :
Tidak adanya rasa benci
Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau
tidak percaya pada potensi dirinya
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh :
Kegoncangan emosi
Kecemasan
Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan
tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan
sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga,
masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai
dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu
berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk
mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.
Hakikat
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan faktor penting dalam
kehidupan manusia. Begitu pentingnya penyesuaian diri, kita sering mendengar
ungkapan seperti : “ Hidup manusia dari lahir sampai mati adalah sebuah
penyesuaian diri”. Dalam penyesuaian diri, dapat ditemui banyak karakteristik
yang membentuk kepribadian seseorang. Tentu saja banyak perbedaan sifat yang
dimiliki oleh setiap individu. Dan tugas kita disini adalah bagaimana kita
dapat menyesuaikan diri dan masuk ke dunia yang dipenuhi berbagai perbedaan
itu. Dalam psikologi klinis, sering ditemui pernyataan para ahli yang
menyebutkan bahwa “ Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah
kelainan-kelainan penyesuaian diri.” Dan kelainan-kelainan kepribadian
seseorang itu sering dikenal dengan sebutan “maladjustment” yang
artinya tidak ada penyesuaian atau tidak mampu menyesuaikan
diri.
Misalnya, seorang anak yang mengalami
hambatan-hambatan emosional sehingga ia menjadi nakal, anak itu sering
disebutmaladjustment child (Gunarsa, 1981). Pada dasarnya maladjustment
tersebut terjadi pada setiap individu. Namun, pada sebagian orang,
maladjustment tersebut keras dan menetap sehingga menghancurkan dan mengganggu
kehidupan yang efektif. Dalam melakukan penyesuaian diri, seseorang mempunyai
cara dan sifat masing-masing. Ada sebagian orang menyesuaiakan diri terhadap
lingkungan sosial tempat ia hidup dengan sukses; sebagian lainnya tidak sanggup
melakukannya. Bisa jadi, mereka mempunyai kebiasaan yang tidak serasi untuk
berperilaku demikian, sehinggga menghambat penyesuaian diri sosial baginya atau
dapat juga dikatakan, orang tersebut gagal dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Pengertian
Penyesuaian Sosial
Penyesuaian
sosial ( social adjustment ) merupakan salah satu bagian dari penyesuaian diri.
Oleh karena itu, ketika membahas penyesuaian sosial akan banyak merujuk pada
konsep penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan di
sekitarnya. Penyesuaian sosial merupakan proses individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya secara efektif dan sehat terhadap situasi, realita dan
hubungan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Surya (1990 :
142) mendefinisikan penyesuaian sosial merupakan proses penyesuaian terhadap
lingkungan sosial atau penyesuaian dalam hubungan antar manusia. Schneider
(1964 : 454-455) mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai kemampuan individu
dalam memberikan reaksi secara efektif terhadap realitas, situasi dan hubungan
sosial dengan penerimaan dan memuaskan.
Hurlock
(1992: 287) mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang
untuk menyesuaikan diri pada orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok
khususnya. Sugiyanto (2006: 24) mengemukakan penyesuaian sosial adalah
kemampuan siswa mereaksi kenyataan, situasi dan hubungan sosial di sekolah
mencakup aspek-aspek penghargaan terhadap orang lain (teman sebaya) partisipasi
dalam mengikuti pelajaran, kerjasama dengan teman dan merasa aman berada di
lingkungan sekolah.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penyesuian Diri AUD
Individu dalam memberikan penilaian tentang baik
buruknya penyesuaian, hendaknya juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penilaian individu tentang hal tersebut. Hal ini penting
untuk diketahui agar individu dapat mengurangi salah penafsiran dalam memahami
penyesuaian seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri itu
sebagai resources. Resources di definisakan sebagai hal-hal
yang dapat melindungi individu dari efek frustasi dan kehilangan, sehingga
individu dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya. Dengan
demikian resources sangat dibutuhkan untuk proses penyesuaian
diri yang baik. Resources tersebut adalah:
Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik
dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat
hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan,
serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan
Kondisi fisik yang sehaT
Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan
sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga
membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi
individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk
tempramen seseorang
Intelegensi
Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi
superior, memori, analisi, pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu
Hobi dan Minat-minat tertentu
Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar
dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan
penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam
mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu
dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik
Keyakinan religious
Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan
individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat
melakukan penyesuaian diri dengan baik
Impian
Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan
sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha
tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri.
Penentu penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor
yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu
itu dapat dikelompokan sebagai berikut:
Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan,
konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan,
penyakit, dan sebagainya
Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan
intelektual, social, moral, dan emosional
Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman,
belajarnya, pengkondisian, penetuan diri, frustasi, dan konflik
Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah
Penentuan cultural termasuk agama.
Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat dan
bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat untuk memahami proses
penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh antara faktor-faktor ini dan tuntutan
individu.
Kesulitan-kesulitan
AUD dalam penyesuaian sosial
Hambatan dari dalam diri anak tersebut berupa usia,
urutan kelahiran dan kepribadian si anak. Anakanak pada umur 1-2 tahun biasanya
bermain sendiri dan masih suka bermain sesukanya dan mulai bermain secara
kelompok ketika memasuki usia 3 tahun. Anak berumur 3-4 tahun baru saja mulai
meninggalkan sifat egosentris yang artinya mulai bermain secara kelompok
daripada bermain sendiri. Anak-anak mulai bersosialisasi pada masa ini sehingga
lebih sulit untuk berinteraksi selain perkembangan otak mereka yang masih terbatas.
Kepribadian anak juga sangat menentukan apakah seorang anak dapat mudah
berinteraksi dan diterima oleh kelompok teman sebaya mereka atau tidak
(Landreth, 1969).
Hambatan dari luar dapat muncul dari agen sosialisasi
itu sendiri apabila agen sosialisasi yang disebutkan di atas tidak dapat
memberikan stimulus yang positif. Agen-agen yang seharusnya membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan sosialisasinya dapat berbalik menjadi hambatan.
Pengasuhan yang diterima seorang anak dari orangtuanya dapat menentukan karena
anak yang biasanya menerima pengasuhan yang hangat akan dapat menjalin hubungan
yang hangat juga dengan teman sebayanya (Wang, 2002).
Teman sebaya pada anak-anak juga dapat menjadi
hambatan bagi perkembangan sosialisasinya. Anak-anak pada usia 3-6 tahun
biasanya berkelompok dengan teman sebaya mereka yang memiliki nilai yang sama.
Apabila ada anak yang tidak diterima sebagai anggota kelompok menyebabkan anak
tersebut terisolasi dan menyendiri sehingga menjadi anak yang tidak dapat
bersosialisasi dengan baik.
Peran
Keluarga/ Sekolah Dalam Megembangkan Penyesuaian Diri AUD
Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar
(12,85% dari keseluruhan populasi, Sensus Penduduk 2000). Gutama (dalam
Dharmawan, 2006) mengatakan bahwa anak usia dini merupakan masa emas karena
perkembangan otak yang sangat cepat pada masa ini. Perkembangan yang sangat
cepat ini juga harus disertai dengan pemenuhan tugas-tugas perkembangannya
sehingga anak dapat tumbuh dengan baik.
Tugas perkembangan anak usia dini yang paling utama
adalah menyesuaikan diri dengan perkembangan fisiknya yang pesat dan
berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain.
Anak berusaha untuk mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan
diri secara sosial (Hurlock, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan sosialisasi pada masa anak-anak sangat penting dan perlu
diperhatikan dalam pendidikan anak.
Perkembangan sosialiasasi yang dimaksudkan di sini
adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Bagaimana anak
tersebut mengerti mengenai keadaan lingkungan dan mempengaruhinya dalam
berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain (Hurlock,
1998). Perkembangan sosialisasi pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh
faktor keluarga dan lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang. Tempat
dimana anak menghabiskan waktu sehari-hari sangat menentukan perkembangan
sosialisasi anak tersebut (Berns, 2004).
Keluarga merupakan tempat dimana anak-anak mendapatkan
nilai-nilai dalam masa awal perkembangannya. Anggota keluarga terutama orangtua
merupakan model bagi anak-anak dalam berperilaku karena pada masa kanak-kanak
awal, seorang anak sangat suka meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang yang
dekat dengannya. Keluarga bukan saja terdiri dari orangtua tetapi juga saudara
kandung dan keluarga besar seperti kakek dan nenek. Interaksi antara saudara
juga dapat membentuk kemampuan sosialisasi anak karena anak dibiasakan untuk
dapat berinteraksi dengan orang lain yang sebaya. Kakek dan nenek juga
merupakan orang yang selalu memberikan nasehat dan bimbingan serta perhatian
sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan baik.
Faktor lain selain keluarga yang berpengaruh pada
perkembangan sosialisasi anak adalah pengaruh dari teman sebaya dan sekolah
tempat anak-anak tersebut belajar (Landreth, 1969). Teman sebaya menurut
Havighurst (dalam Hurlock, 1998) adalah kumpulan orang-orang yang kurang lebih
berusia sama dan bertindak bersama-sama. Anak-anak mulai membentuk hubungan
dengan teman sebaya pada masa kanak-kanak akhir dan berusaha agar diterima oleh
teman sebaya mereka karena interaksi hubungan pada teman sebaya selalu berupa
bermain dan bersenang-senang.
Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri
AUD
Pandangan dan
penilaiani ndividu terhadap dirinya disebut dengan konsep diri, yang akan
mempengaruhi individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat(
Burns,1 993). Hurlock (1999) menjelaskan bahwa individu dengan penilaian
positift erhadap dirinya akan menyukai dan menerima keadaan dirinya
sehinggaa kan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat
melakukan interaksi social secara tepat. Rasa perca ya diri dan hargad iri yang
tumbuhs eiringd engana danyak eyakinant erhadapk em ampuan dirinya membuat
individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melakukan hubungan
social dengan orang lain.
Relasi sosial
yang luas akan menjadikan inidividu mampu mengerti dan melakukan apa yang
diharapkan oleh lingkungan sehingga memudahkannya untuk menyesuaikan dengan
keadaan lingkungan. Sebaliknya, individu dengan konsep diri negative adalah
individu yang mempunyai pandangan negative terhadap dirinya, ia menilai
dirinya sebagai figur yang mengecewakan. Penilaian yang negative terhadap diri
sendiri akan mengarah pada penolakan diri, sehingga individu akan cenderung
mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan kurang percaya diri.
Individu m erasa tidak percaya diri ketika harus berpartisipasi dalam suatu
aktivitas social dan memulai hubungan baru dengan orang lain. Penolakan diri
juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku negatif, sehinggai
ndividu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk menjalin hubungan sosial
dengan orang lain.
Berdasarkan
uraian diatas terlihat bahwa konsep diri seseorang, yaitu cara pandang dan
penilaian individu pada dirinya sendiri akan berpengaruh terhadap kehidupan
sosial seseorang, terutama pada penyesuaian sosialnya. Konsep diri yang positif
cenderung menimbulkan perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri d an
harga diri, sehingga akan membuat individu bersifat terbuka mudah dalam
melakukan relasi sosial. Konsep diri ya ng negative cenderung akan menimbulkan
perasaant idak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri, sehingga akan
menyulitkan individu dalam relasi sosialnya.
0 komentar:
Posting Komentar